Saturday, March 12, 2011

Bahan Bakar Rumput (BBR)


Isu paling populer pada abad ini adalah tentang kelangkaan sumber alam tidak terbarukan, Bahan Bakar Fosil. Energi menjadi isu hangat global sejak awal tahun 1970-an ketika harga BBM secara tiba-tiba melonjak tajam hingga menyentak perhatian dunia. Pada tahun 2004 harga minyak dunia sudah mencapai USD 70 perbarelnya. Puncaknya pada tahun 2008 harganya pun mencapai USD 142 per barelnya (Kompas 2008). Dengan adanya krisis global yang melanda negara-negara di dunia mengakibatkan jatuhnya harga minyak menjadi USD 48 per barelnya pada akhir tahun 2008 (Kompas 2008). Pada prinsipnya bahan bakar fosil merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui dan memiliki jumlah yang terbatas. Konsumsi bahan bakar fosil lambat laun akan mengakibatkan habisnya cadangan minyak tanah dunia (krisis energi). Hal ini menempatkan energi alternatif untuk menjadi solusi terhadap masalah tersebut.
Produksi minyak mentah dunia yang cenderung meningkat mengikuti jumlah kebutuhan 
Di alam ini terdapat keanekaragaman hayati (Biodiversitas) yang melimpah. Rumput adalah salah satu keanekaragaman hayati yang melimpah ruah diberbagai negara. Rumput memiliki kandungan selulosa yang sangat tinggi. Pada saat ini hewan pemakan rumput yang dapat menguraikan selulosa karena memiliki enzim selulase. Disamping itu terdapat jenis kapang (sejenis jamur multi seluler) yang memiliki aktivitas sejenis yaitu menguraikan selulosa menjadi glukosa karena memiliki enzim selulase. Selain itu terdapat sel khamir (sejenis jamur uniseluler) yang memiliki aktifitas fermentasi, menguraikan pati menjadi etanol. Etanol inilah yang digunakan untuk bahan bakar.

Trichoderma riseei mempunyai aktivitas enzim selulase 
Khamir (Saccharomyces cerevisiae) orang sering menyebutnya ragi tape
Perkembangan bioteknologi khususnya pada bidang biologi molekuler telah mampu untuk merekayasa sifat suatu organisme yang dikontrol oleh gen. gen tersebut dapat direkayasa sehingga menghasilkan sifat yang kita inginkan. Bioteknologi ini disebut dengan DNA rekombinan. Dari latar belakang diatas, penulis mendapatkan gagasan untuk merekayasa khamir yang memiliki aktivitas glukoselulase (menguraikan selulosa menjadi glukosa) sekaligus sebagai fermenter glukosa tersebut menjadi etanol. Dalam hal ini sumber terbanyak selulosa yang belum termanfaatkan berasal dari rumput. Sehingga muncul sebuah energi alternatif baru yang berbahan dasar rumput/Bahan Bakar Rumput (BBR). Pertanyaannya, bagaimana prosedur teknologi DNA rekombinan pada pembuatan ragi rekombinan sehingga memiliki aktifitas glukoselulase? Bagaimana potensi rumput sebagai bahan dasar pembuatan etanol (Bahan Bakar Rumput)?

Etanol dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk mobil, baik sendiri (E100) dalam mesin khusus atau sebagai tambahan bensin untuk mesin bensin. Etanol dapat dicampur dengan bensin dalam kuantitas yang bervariasi untuk mengurangi konsumsi bahan bakar minyak bumi, dan juga untuk mengurangi polusi udara. Bahan bakar tersebut dikenal di Amerika Serikat sebagai gasohol dan di Brasil sebagai bensin tipe C. Dua campuran umum di AS adalah E10 dan E85 yang mengandung 10% dan 85% etanol. Sedangkan campuran yang umum di Brasil adalah bensin tipe C dan jenis oktan tinggi, yang mengandung 20-25% etanol.
Mobil dengan bahan bakar etanol
Khamir atau Yeast adalah jenis jamur (Fungi) uniselular yang beberapa jenis spesiesnya umum digunakan untuk membuat roti, fermentasi minuman beralkohol, dan bahkan digunakan percobaan sel bahan bakar. Teknologi DNA rekombinan telah mungkinkan bagi kita untuk mengisolasi DNA dari berbagai organisme, menggabungkan DNA yang berasal dari organisme termasuk khamir yang berbeda sehingga terbentuk DNA rekombinan, memasukkan DNA rekombinan ke dalam sel organisme prokariot maupun eukariot hingga DNA rekombinan dapat berepilkasi dan bahkan dapat diekspresikan.

Bioteknologi DNA Rekombinan menawarkan prospek yang menarik untuk menciptakan khamir rekombinan yang mampu memecah selulosa menjadi gula sederhana. Dengan teknologi ini kita dapat merekayasa gen dari sel khamir untuk disisipi gen yang mengkode enzim selulase pada Trichoderma reesei. Untuk mentransfer gen selulase ke sel khamir dibutuhkan kendaraan yang disebut sebagai vektor. Selain itu dibutuhkan berbagai macam enzim untuk melakukan proses DNA Rekombinan.


By Neo with No comments

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

    • Popular
    • Categories
    • Archives