Wednesday, March 16, 2011

Gempa dan Tsunami di Negeri Sakura (Jepang)

Jepang adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur. Jepang terletak di antara samudra Pasifik dan laut Jepang. Negara Jepang terdiri dari 6.852 pulau dengan empat pulau besar yaitu Hokkaido, Honshu, Shikoku, dan Kyushu. Menurut mitologi Jepang didirikan oleh kaisar Jinmu pada abad ke-7 Sebelum Masehi. Kaisar Jinmu inilah yang memulai rantai kaisar Jepang yang tidak pernah terputus hingga kaisar ke-125, Akihito, saat ini.
Jepang mengalami perjalanan sejarah yang sangat panjang. Pemerintah Jepang pernah menerapkan sistem tertutup dalam politik dan ekonominya. Namun karena desakan negara-negara barat akhirnya Jepang membuka diri untuk negara-negara barat. Jepang kemudian juga menerapkan sistem politik dan ekonomi yang modern. Jepang kemudian berusaha menjadi negara yang diperhitungkan di dunia.
Pada masa perang dunia ke-1 Jepang bergabung dengan pihak sekutu yang menang. Namun pada saat perang dunia ke-2 Jepang memihak blok poros. Dengan usaha kerasnya akhirnya Jepang berhasil mengalahkan negara sekutu yang menguasai Asia Timur. Jepang kemudian mengambil alih kekuasaan di daerah-daerah Asia Timur termasuk Indonesia. Namun pada akhirnya Jepang menyerah kepada sekutu tanpa syarat setelah dua bom nuklir mendarat di daerahnya.

Boleh dikatakan Jepang adalah negara yang akrab dengan bencana gempa dan tsunami. Daerah Jepang yang berada pada Lingkaran Api Pasifik di pertemuan tiga lempeng tektonik membuat Jepang seringkali terkena gempa bumi. Karena sering dilanda gempa bumi masyarakat Jepang kemudian mengembangkan teknologi anti gempa antara lain rumah anti gempa. Gempa yang terjadi juga sering mengakibatkan gelombang laut yang disebut tsunami.


Pada Jum’at, 11 Maret 2010 di negeri matahari terbit Jepang, bencana alam dahsyat terjadi. Gempa dan tsunami telah meluluh lantakkan kota. Desain kokoh berteknologi canggih bangunan-bangunan di Jepang, tak mampu menahan geliat lempeng bumi yang sebenarnya hanya bergeser beberapa inci. Gempa besar berkekuatan 8,9 skala richter, yang kemudian terkoreksi menjadi 9,0 skala richter mengguncang di lepas pantai Timur Laut Jepang. Dahsyatnya gempa ini, diperkirakan telah menggeser sumbu putaran axial bumi sebesar 14 centimeter. Pulau Sendai bahkan bergeser 2 meter, ke arah Timur. Oleh para ahli, kekuatan gempa ini, setara 30 kali bom atom Hiroshima yang dijatuhkan sekutu saat perang dunia ke II.


Berapa saat setelah gempa, gelombang tsunami setinggi 10 meter bergulung menyapu tiang pancang beton gedung-gedung kokoh. Mobil, kereta api, kapal pesiar dan rumah-rumah penduduk ibarat mainan yang terseret arus hingga jauh ke daratan. Pusaran air raksasa terjadi akibatan patahan gempa, tembok penahan tsunami sepanjang 22.000 mil di sepanjang garis pantai Jepang, tak kuasa membendung gempuran gelombang tsunami. Beberapa landasan pacu bandar udara di Jepang tertutup lumpur hitam. Kilang minyak terbakar tak padam, walau air laut mengepung sekelilingnya.


Saat ketika 15.000 pasukan bela diri Jepang sibuk menyelamatkan korban, bencana lain menyusul mengancam. Akibat gempa, dua tabung reaktor nuklir pembangkit listrik di Fukhushima, meledak. Bukan kekurangan pasokan listrik yang mengkhawatirkan, tetapi efek radiasi nuklir yang bisa jadi korbannya akan lebih besar dari gempa dan tsunami itu. Tekhnologi canggih sebagai bentuk ikhtiar manusia, kini telah diuji oleh kekuatan alam.

Para pekerja Jepang harus bekerja keras untuk mengatasi beberapa titik api agar tidak memperparah kebocoran radiasi nuklir. Pihak berwenang menyatakan bahwa hasil pemindaian di PLTN Fukushima Daichii Selasa (15/3/2011) tidak mengindikasikan tanda bahaya pada kesehatan manusia, akan tetapi tetap ada kegelisahan bagi masyarakat. Berikut ini beberapa penjelasan terkait efek radiasi dan cara mengatasinya.
Tingkat radiasi pada reaktor Fukushima Selasa adalah antara 100 hingga 400 milisieverts, kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yukio Edano. Untuk perbandingan, di Amerika orang biasanya akan mendapatkan pengaruh radiasi sebesar 6,2 milisieverts per tahun.
“Tingkat dosis tersebut akan hilang dengan cepat sebanding lurus dengan semakin jauhnya seseorang dari pusat reaktor, dan tingkat radiasi kembali turun ke tingkat yang tidak membahayakan kesehatan.” kata Edano. Tetap saja, orang-orang yang berada dalam radius 30 km dari pusat pembangkit diperingatkan untuk tetap berada di dalam rumah.
Pada tingkat yang lebih akhir dari aktivitas di reaktor nuklir Jepang, berada dalam lingkup radiasi selama tiga jam akan memicu penyakit kontaminasi serius, dan pada delapan jam akan berakibat fatal, demikian diutarakan oleh Ira Helfand, ahli Fisika dan Penanganan Publik. Akan tetapi secara umum, dalam keadaan darurat, menjaga agar tingkat radiasi berada di bawah 500 milisieverts akan aman, kata Nolan E. Hertel, pakar teknik nuklir dari Gerogia Institute of Technology. Dan semakin jauh seseorang dari pusat reaktor, maka semakin rendah radiasi yang diterimanya.
“Saya ingin memanfaatkan hari ini untuk menyampaikan belasungkawa kami atas hilangnya nyawa dalam bencana gempa. Kami juga menyampaikan simpati kepada rakyat Jepang,” ungkap Perdana Menteri China Wen Jiabao seperti dikutip Reuters, Senin (14/3/2011). Bao menambahkan, bahwa China juga pernah mengalami bencana gempa seperti dialami Jepang saat ini. Menurut Bao, saat itu masyarakat Jepang memberikan rasa simpati atas penderitaan rakyat China.
Inonesia, selain sebagai negara pertama yang membangun POSKO di Sendai untuk kepentingan evakuasi WNI, menurut Pemerintah, Indonesia juga akan mengirimkan bantuan ke Jepang. BPPT akan mengirimkan tenaga ahli dan pihak PMI akan mengirimkan tim SAR nya. Semoga kata “akan,” segera berubah menjadi tindakan nyata.
Jepang begitu peduli dengan bencana di Indonesia. Jepang lah yang banyak menyediakan fasilitasi tekhnologi penanganan bencana. Negara yang memiliki kurang lebih 1000 perusahaan yang ada di Indonesia ini, juga begitu cepat bertindak saat bencana Tsunami Aceh, Mentawai, dan Gempa Sumatera. Jepang juga telah membangun kerjasama dengan Indonesia untuk latihan bersama penanggulangan bencana di Manado, yang merupakan event besar. Asian Regional Forum (ARF) Disaster Relief Exercise (Direx) 2011.
Negara yang bahkan kini sedang dilanda konflik seperti Afghanistan pun turut mengirimkan bantuan. Tim dari Kota Kandahar sudah lebih dulu berangkat ke Negeri Sakura, seperti diberitakan beberapa media. Sehari setelah terjadinya gempa, Negara pertama yang mengirimkan bantuan adalah Thailand. Keterbatasan Afghanistan dan Thailand mungkin sama dengan Indonesia. Atas nama kemanusian, sekecil apa pun bantuan tehadap negara sekaliber Jepang sekali pun, adalah bertanda kepekaan.

By Neo with No comments

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

    • Popular
    • Categories
    • Archives