Sunday, March 6, 2011

Struktur Ruang Kota

Pusat kota adalah suatu titik/tempat/daerah pada suatu kota yang memiliki peran sebagai pusat dari segala kegiatan kota antara  lain politik, sosial budaya, ekonomi dan teknologi (Yunus  2002;107). Peran tersebut dijalankan melalui jasa pelayanan yang diberikan oleh fasilitas-fasilitas umum maupun sosial yang ada didalamnya. Oleh karena itu, suatu pusat kota harus memiliki kelengkapan fasilitas yang baik dan memadai. Dalam kaitannya dengan peran dari sebuah pusat kota, maka teori Christaller tentang ambang penduduk (Threshold Population) wilayah cakupan layanan (Market Range) mengambil peranan  penting. Fasilitas-fasilitas tersebut harus dapat melayani seluruh penduduk kota, dan juga mencakup seluruh bagian wilayah kota.
Pertumbuhan maupun perkembangan yang terjadi pada suatu kota akan sangat mempengaruhi kinerja dari pusat kota. Semakin luas suatu kota, maka akan semakin menambah ”beban” yang ditanggung oleh pusat kota. Hal tersebut berdampak langsung terhadap perkembangan pemanfaatan lahan yang semakin terbatas di pusat kota, maka dari itu perlu diketahuinya mengenai pusat pertumbuhan kota.
Pembentukan struktur kota merupakan imbas pertumbuhan besar-besaran dari populasi kota, yang mana merupakan pengaruh dari munculnya arus  transportasi, pejalan kaki, menggambarkan bahwa ada 3 model struktur kota. Yang pertama adalah teori konsentris oleh Burgess, Teori Sektor oleh Hoyt, dan Teori Pusat Kegiatan Banyak oleh C.D Harris dan F.L Ullmann. (Yunus 2002;124).
A.     Teori Konsentris
Daerah pusat kegiatan merupakan pusat kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan politik dalam sesuatu kota sehingga pada zona ini terdapat bangunan utama untuk kegiatan sosial ekonomi budaya dan politik. Rute-rute transportasi dari segala penjuru memusat ke zona ini sehingga zona ini merupakan zona dengan derajat aksesibilitas tinggi. Zona ini oleh Burgess 1925 dianggap sebagai The Area of Dominance. (Yunus 2002;5)

Disini  terjadi  proses  persaingan dimana  yang kuat  akan  mengalahkan  yang lemah  yang kemudian mendominasi ruangnya. Kegiatan  atau  penduduk pada  zona tertentu akan mengekspansi pengaruhnya ke zona yang lain dan makin lama akan terjadi proses dominasi dan akhirnya akan sampai pada tahap  suksesi dimana  seluruh bentuk kehidupan sebelumnya secara sempurna telah tergantikan oleh bentuk-bentuk baru.

B.     Teori Sektoral 
Dengan  menuangkan  hasil  penelitiannya  pada  pola  konsentris  sebagaimana dikemukakan  Burgess,  ternyata  pola  sewa  tempat  tinggal  di  Amerika  cenderung terbentuk sebagai Pattern Of Sector dan bukannya pola zona konsentris.
Kecenderungan  pembentukan  sektor  ini  memang  bukannya  terjadi  secara kebetulan tetapi terlihat adanya asosiasi keruangan yang kuat dengan beberapa variabel. Menurut  Hoyt  kunci  terhadap  peletakan  sektor  ini  terlihat  pada  lokasi  High  Quality Area.  Kecenderungan  penduduk  untuk  bertempat  tinggal  adalah  daerah-daerah  yang dianggap  nyaman  dalam  arti  yang  luas. Nyaman  dapat  diartikan  dengan  kemudahan-kemudahan  terhadap  fasilitas,  kondisi  lingkungan  baik  alami maupun  non  alami  yang bersih  dari  polusi  baik  fisikal maupun  non  fisikal,  prestise  yang  tinggi  karena  dekat dengan tempat tinggal orang-orang terpandang dan sebagainya. (Yunus 2002;20).
Dalam teori ini terjadi proses filterisasi dari penduduk yang tinggal pada sektor-sektor yang ada dan Filtering Process sendiri hanya berjalan dengan baik bila Private Housing Market  berperan  besar  dalam  proses  pengadaan  rumah  bagi warga  kota  atau dengan  kata  lain  dapat  diungkapkan  bila  Public  Housing  Market  berperanan  besar dalam  pengadaan  rumah  maka  proses  penyaringan  tidak  relevan  lagi.  Untuk  lebih jelasnya mengenai teori sektoral dapat dilihat pada gambar dibawah ini.


Walaupun  Better  Housing  tersebar  mengikuti  sektor-sektor  tertentu  namun ternyata distribusi umur bangunan cenderung menunjukkan pola penyebaran konsentris. Hal  ini  wajar  karena  pembangunan-pembangunan  baru,  baik  untuk  perumahan  atau bukan  perumahan  pada  umumnya  berkembang  kearah  luar.  Dengan  demikian  dapat dikatakan  bahwa  disatu  sisi  penyebaran  bangunan  rumah  berdasarkan  umur  masih terlihat  konsentris,  namun  disisi  lain  penyebaran  rumah  berdasarkan  kualitas  fisik mengikuti  pola  sektoral.  Sejalan  dengan  kenyataan  ini,  teori  Hoyt  merupakan  karya yang  memperbaiki  dan  melengkapi  teori  Burgess  dan  bukannya  berupa  pengubahan radikal  dari  teori  konsentris.  Dalam  model  diagram  yang  dikemukakan  jelas  sekali terlihat  adanya  dua  unsur  diatas,  yaitu  persebaran  penggunaan  lahan  secara  sektoral disatu pihak dan persebaran penggunaan lahan secara ‘konsentris’ dilain pihak.

C.     Teori Pusat Kegiatan Banyak (Multiple Nuclei)
Teori ini menggambarkan bahwa kota-kota besar akan mempunyai struktur yang terbentuk atas  sel-sel, dimana penggunaan  lahan yang berbeda-beda akan berkembang disekitar  titik-titik pertumbuhan atau Nuclei didalam daerah perkotaan. Perumusan  ide ini  pertamakali  diusulkan  oleh  C.D  Harris  dan  F.L  Ullmann  tahun  1945.  (Yunus 2002;44) 
Disamping menggabungkan ide-ide yang dikemukakan teori konsentris dan teori sektor,  teori  pusat  kegiatan  banyak  ini  masih  menambahkan  unsur-unsur  lain.  Yang perlu  diperhatikan  adalah  Nuclei  yang  mengandung  pengertian  semua  unsur  yang menarik  fungsi-fungsi  antara  lain  pemukiman,  perdagangan,  industri,  dll.  Oleh karenanya teori ini mempunyai struktur keruangan yang berbeda dengan teori konsentris dan teori sektoral. 
Sumber :
Yunus, Hadi. 2002. Struktur Tata Ruang Kota. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Yunus, Hadi. 2005. Manajemen Kota. Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

By Neo with No comments

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

    • Popular
    • Categories
    • Archives