Sunday, March 6, 2011

Teori Lokasi



Teori  lokasi  dapat  didefinisikan  sebagai  ilmu  yang  menyelidiki  tata  ruang Spatial Order kegiatan ekonomi atau dapat  juga diartikan sebagai  ilmu  tentang alokasi secara geografis  dari  sumber  daya  yang  langka,  serta  hubungannya  atau  pengaruhnya terhadap  lokasi  berbagai  macam  usaha  atau  kegiatan  lain  (Activity).  Secara  umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti; bahan baku  lokal  (Local  Input),  permintaan  lokal  (Local Demand),  bahan  baku  yang  dapat dipindahkan  (Transferred  Input), dan permintaan  luar  (Outside Demand) Hoover dan Giarratani (2007).

A.     Teori Weber  (1909)
Weber  (1909)  menganalisis  tentang  lokasi  kegiatan  industri.  Menurut  teori Weber  pemilihan  lokasi  industri  didasarkan  atas  prinsip  minimisasi  biaya. Weber  menyatakan  bahwa  lokasi  setiap  industri  tergantung  pada  total  biaya transportasi  dan  tenaga  kerja  dimana  penjumlahan  keduanya  harus minimum. Tempat dimana  total biaya  transportasi dan  tenaga kerja yang minimum  sangat identik  dengan  tingkat  keuntungan  yang maksimum. Menurut Weber  ada  tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja,  dan  kekuatan  aglomerasi  atau  deaglomerasi.  Dalam  menjelaskan keterkaitan  biaya  transportasi  dan  bahan  baku  Weber  menggunakan  konsep segitiga  lokasi  atau  (Locational  Triangle)  untuk memperoleh  lokasi  optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku  atau  pasar, Weber merumuskan  indeks material,  sedangkan  biaya  tenaga kerja  sebagai  salah  satu  faktor  yang  dapat  mempengaruhi  lokasi  industri dijelaskan Weber  dengan menggunakan  sebuah  kurva  tertutup  (Closed Curve) berupa lingkaran yang dinamakan isodapan.

B.     Teori  Christaller  (1933)
Teori  Christaller  (1933)  menjelaskan  bagaimana  susunan  dari  besaran  kota, jumlah  kota,  dan  distribusinya  didalam  satu  wilayah.  Model  Christaller  ini merupakan  suatu  sistem  geometri,  dimana  angka  3  yang  diterapkan  secara arbiter memiliki peran yang  sangat berarti dan model  ini disebut  sistem K = 3 Model  Christaller  menjelaskan  model  area  perdagangan  heksagonal  dengan menggunakan  jangkauan  atau  luas  pasar  dari  setiap  komoditi  yang  dinamakan Range dan Threshold. 


C.     Teori Von  Thunen  (1826)
Von  Thunen  (1826)  mengidentifikasi  tentang  perbedaan  lokasi  dari  berbagai kegiatan  pertanian  atas  dasar  perbedaan  sewa  lahan  (pertimbangan  ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa  lahan  dengan  jarak  ke  pasar  dengan  menggunakan  kurva  permintaan. Berdasarkan  perbandingan  (selisih)  antara  harga  jual  dengan  biaya  produksi, masing-masing  jenis  produksi  memiliki  kemampuan  yang  berbeda  untuk membayar  sewa  lahan.  Makin  tinggi  kemampuannya  untuk  membayar  sewa lahan, makin  besar  kemungkinan  kegiatan  itu  berlokasi  dekat  ke  pusat  pasar. Hasilnya  adalah  suatu  pola  penggunaan  lahan  berupa  diagram  cincin. Perkembangan dari  teori Von Thunen adalah selain harga  lahan  tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota.


  
D.     Teori Lokasi dari August Losch
Teori Lokasi dari August Losch melihat persoalan dari sisi permintaan (pasar), berbeda  dengan Weber  yang melihat  persoalan dari  sisi  penawaran  (produksi). Losch mengatakan  bahwa  lokasi  penjual  sangat  berpengaruh  terhadap  jumlah konsumen  yang  dapat  digarapnya. Makin  jauh  dari  tempat  penjual,  konsumen makin  enggan  membeli  karena  biaya  transportasi  untuk  mendatangi  tempat penjual  semakin  mahal.  Losch  cenderung  menyarankan  agar  lokasi  produksi berada di pasar atau didekat pasar. 

E.     Teori D.M. Smith 
D.M.  Smith  memperkenalkan  teori  lokasi  memaksimumkan  laba  dengan menjelaskan  konsep  biaya  rata-rata  (Average  Cost)  dan  penerimaan  rata-rata (Average Revenue) yang  terkait dengan  lokasi. Dengan asumsi  jumlah produksi adalah  sama maka  dapat  dibuat  kurva  biaya  rata-rata  (per  unit  produksi)  yang bervariasi  dengan  lokasi.  Selisih  antara  penerimaan  rata-rata  dikurangi  biaya rata-rata  adalah  tertinggi  maka  itulah  lokasi  yang  memberikan  keuntungan maksimal. 

F.     Teori McGrone (1969) 
McGrone  (1969)  berpendapat  bahwa  teori lokasi dengan tujuan memaksimumkan keuntungan sulit ditangani dalam keadaan ketidakpastian yang tinggi  dan  dalam  analisis  dinamik.  Ketidaksempurnaan  pengetahuan  dan ketidakpastian  biaya  dan  pendapatan  dimasa  depan  pada  tiap  lokasi,  biaya relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan pertimbangan lain membuat model maksimisasi keuntungan lokasi sulit dioperasikan.

By Neo with No comments

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

    • Popular
    • Categories
    • Archives